Mengenal Lebih Dekat Kepribadian Muhammadiyah

Konsep Kepribadian Muhammadiyah mulai disahkan pada Muktamar ke 35 tahun 1962 di Jakarta. Muktamar yang diselenggarakan di Gelora Senayan waktu itu, ditutup dengan penyampaian pidato oleh Bung Karno yang diberi judul “Makin Lama Makin Cinta Muhammadiyah”. Dalam pidatonya, Bung Karno yang sejak tahun 1930-an masuk dan menjadi anggota Muhammadiyah serta pernah menjadi pengurus Majelis Pendidikan sewaktu di Bengkulu, mempertanyakan kenapa selama menjadi Presiden ia tidak pernah ditagih iuran anggota. Hal tersebut membuat Soekarno muda semakin tertarik dengan Muhammadiyah dan menurut pengakuannya, paham Islam yang progresif dari organisasi pembaru ini sejalan dengan alam pikirannya, yaitu bahwa Islam adalah agama progresif, agama yang berkemajuan.

Dalam rangka mengenal lebih dekat Kepribadian Muhammadiyah, mengetahui sejarah dirumuskannya Kepribadian Muhammadiyah menjadi hal yang wajib. Berikut penjelasan singkatnya :

“Kepribadian Muhammadiyah” timbul pada masa kepemimpinan Bapak Kolonel H.M. Yunus Anis periode 1959-1962. Namun, semua “Kepribadian Muhammadiyah” berasal dari uraian Bapak K.H. Fakih Usman sewaktu beliau memberikan uraian latihan yang diadakan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta terkait tentang Apa Muhammadiyah itu?.

Selanjutnya Pimpinan Pusat Muhammadiyah memusyawarahkan bersama Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur (H.M. Saleh Ibrahim), Wilayah Jawa Tengah (R. Darsono), dan Wilayah Jawa Barat (H. Adang Affandi). Turut membahas pula Prof. H. Kasman Singodimedjo, selain pemrakarsa sendiri yaitu K.H. Fakih Usman. Kemudian rumusan Kepribadian Muhammadiyah disempurnakan oleh suatu tim yang terdiri dari K.H. Moh. Wardan, Prof. K.H. Farid Ma’ruf, M. Djarnawi Hadikusuma, dan M. Djindar Tamimy. Setelah rumusan tersebut dirasa cukup sempurna, kemudian diketengahkan dalam Sidang Tanwir menjelang Muktamar ke 35 di Jakarta (Muktamar Setengah Abad). Setelah megalami usul-usul penyempurnaan, akhirnya Kepribadian Muhammadiyah disahkan. Dengan demikian, rumusan Kepribadian Muhammadiyah adalah merupakan hasil yang telah disempurnakan dalam Muktamar ke 35 pada tahun 1962 di akhir periode kepemimpinan H.M. Yunus Anis.

Apa Kepribadian Muhammadiyah Itu?

Kepribadian Muhammadiyah merupakan ungkapan dari kepribadian yang sudah ada sejak Muhammadiyah berdiri. K.H. Fakih Usman dalam memprakarsai perumusan Kepribadian Muhammadiyah hanyalah mengkonstatasi-mengidharkan apa yang telah ada, jadi bukan merupakan hal-hal yang baru dalam Muhammadiyah. K.H. Fakih Usman memahami betul ciri khas dan sifat-sifat khusus Muhammadiyah, sehingga pada waktu itu ketika terjadi perubahan nada dan irama Muhammadiyah karena para pengurusnya telah terkontaminasi dengan perjuangan cara politik (pasca Masyumi dibubarkan oleh Soekarno) maka K.H. Fakih Usman berinisiatif untuk menetralkan kembali jalan perjuangan Muhammadiyah dimana Muhammadiyah bergerak bukan untuk “Muhammadiyah” sebagai golongan. Muhammadiyah bergerak dan berjuang untuk tegaknya Islam, untuk kemenangan Kalimah Allah, untuk terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Dengan demikian, K.H. Fakih Usman beranggapan perlu difahamkan kepada warga Muhammadiyah: apakah Muhammadiyah itu sebenarnya dan bagaimana cara membawa ataupun menyebarluaskannya. Pada hakekatnya menyebarkan faham Muhammadiyah adalah menyebarkan Islam yang sebenar-benarnya. Oleh karena itu, cara menyebarkannya pun juga perlu mengikuti cara-cara Rasulullah SAW dalam menyebarluaskan Islam.

Untuk memahami lebih jelas mengenai Kepribadian Muhammadiyah, maka kita perlu memahami pula :

  1. Apakah Muhammadiyah itu
  2. Dasar Amal Usaha Muhammadiyah
  3. Pedoman Amal Usaha dan Perjuangan Muhammadiyah, serta
  4. Sifat Muhammadiyah

Kepada Siapa Kepribadian Muhammadiyah Kita Pimpinkan/Berikan?

Seperti yang sudah diuraikan sebelumnya, bahwa Kepribadian Muhammadiyah pada dasarnya adalah memberikan pengertian dan kesadaran kepada warga Muhammadiyah, agar mereka tahu tugas dan kewajibannya, tahu sandaran atau dasar-dasar beramal usahanya, serta tahu sifat-sifat atau bentuk/irama bagaimana mereka bertindak dan bersikap pada saat melaksanakan tugas kewajibannya.

Bagaimana Cara Memberikan atau Menuntunkannya?

Memberikan atau menuntunkan Kepribadian Muhammadiyah yaitu dengan teori dan praktek penanaman pengertian dan pelaksanaan.

  1. Penandaan atau pendalaman pengertian tentang dakwah dan bertabligh.
  2. Menggembirakan dan memantapkan tugas dakwah.
  3. Warga Muhammadiyah ditugaskan dengan tugas yang tentu, bukan sukarela dan perlu diikat dengan suatu perjanjian, missal dengan bai’at dll
  4. Memusyawarahkan segala bentuk tugas-tugas dengan maksud untuk mengevaluasi.
  5. Perlu dilakukan dengan formalitas yang menarik, tidak melanggar hukum-hukum agama dan juga dengan memberikan bantuan logistic.
  6. Pimpinan Cabang atau Ranting bersama-sama dengan anggota-anggotanya memusyawarahkan sasaran-sasaran yang dituju, bahan-bahan yang perlu dibawakan dan membagi petugas-petugas sesuai dengan kemampuan dan sasarannya.
  7. Pada musyawarah yang melakukan evaluasi, sekaligus dapat ditambahkan bahan-bahan atau bekal yang diperlukan, yang akan dibagikan kepada para warga selaku muballigh/muballighat.

Demikian lah beberapa hal yang perlu kita pahami apabila kita ingin mengenal lebih dekat dengan Kepribadian Muhammadiyah.

Salam Berkemajuan

Fastabiqul Khoirot

 

Referensi :

Nashir, Haedar. 2016. Kuliah Kemuhammadiyahan. Yogyakarta: Lembaga Pengembangan Studi Islam (LPSI) Universitas Ahmad Dahlan

Kontributor :

Nurshifa Fauziyah (Pustakawan Kampus 3)