Bahaya Ujub: Membanggakan Diri Sendiri dan Merendahkan Orang Lain
Manusia merasa sangat bangga, takjub dan puas pada dirinya sendiri, bahkan ketika mengerjakan perbuatan salah dan termasuk durhaka kepada Allah. Rasulullah SAW bersabda:
“Ada tiga perkara yang membinasakan, yaitu kikir yang diikuti, hawa nafsu yang dituruti, dan ujub”.
Ujub merupakan penyakit hati yang harus dihindari oleh seorang muslim. Pernahkan kita mendengar kalimat-kalimat seperti di bawah ini? atau pikiran dan lisan kita pernah menuturkannya,
“aku lebih baik dari dia”
“siapa dulu dong, aku gitu loh”
“untung ada aku”
“dia bisa begitu karena saya”
“jabatan dan status sosialku lebih tinggi dibanding mereka”
“ibadahku lebih banyak”
“sedekahku banyak dan dimana-mana”
Naudzubillah min dzalik, bila kalimat ini keluar dari lisan dan pikiran kita. Kalimat-kalimat tersebut sangat akrab dalam kehidupan sehari-hari dan dianggap sebagai hal yang biasa. Aneh sekali sikap orang yang menganggap dirinya lebih baik daripada orang lain. Apa yang bisa dibanggakan? Jika yang dibanggakan adalah ilmu pengetahuan, telah banyak ulama dahulu yang lebih hebat dari dirinya. Jika yang dibanggakan hal ibadah, sudah banyak orang dahulu yang ibadahnya lebih tekun dari dia. Kalaupun yang dibanggakan masalah harta, sesungguhnya sekadar harta tidak memberikan keunggulan apa pun dalam masalah agama.
Sifat tersebut merupakan sifat ujub yang mengandung kesombongan yang merupakan sifat tercela yang dapat membinasakan. Menurut KBBI ujub artinya keangkuhan, kesombongan, atau rasa bangga. Ciri-ciri sifat ujub adalah berbangga diri, merasa sempurna, merasa dirinya lebih baik daripada oranglain, merasa lebih hebat, menganggap dirinya paling bisa, meremehkan dan merendahkan oranglain. Dalam satu hadist, Rasulullah SAW bersabda:
“Siapa yang melihat dirinya lebih baik daripada oranglain, sesungguhnya ia telah sombong”
Bahaya dari sifat ujub yaitu dapat menyuburkan takabur dan merupakan penyebab takabur. Ujub dengan sifat-sifat Allah Yang Maha Kuasa dapat menjadikan seseorang lupa dengan dosa-dosanya dan barang siapa yang tidak menyadari perbuatan-perbuatannya maka hampir semua usahanya akan sia-sia. Ujub akan mendorong seseorang membanggakan diri dan memuji diri sendiri. Dia merasa bangga dan puas melihat amal ibadahnya, kebijaksanaan, dan pendapat sendiri. Dia selalu menganggap pendapatnya selalu baik, sedangkan pendapat oranglain sebaliknya. Padahal jika ia tidak puas dengan pendapatnya kemudian dia memperoleh cahaya dari Al Quran, meminta bantuan dari para ahli agama dan mengikuti orang-orang yang memiliki wawasan dan pengertian mendalam, maka ia dapat mencapai kebeneran sejati. Oleh sebab itu, ujub adalah sifat yang sangat berbahaya.
Obat dari penyakit ujub adalah perbuatan sebaliknya. Ujub muncul dan lahir dari kebodohan sehingga obatnya adalah ilmu, yang merupakan lawan dari ketidaktahuan dan kebodohan. Obat sifat ujub yang menganggap dirinya memiliki kualitas-kualitas berkat usahanya sendiri adalah berusaha mengetahui dan menyadari bahwa Allah yang mengkaruniakan segala kualitas yang dimiliki. Kekuatan, kemauan, anggota tubuh, dan kelebihan-kelebihan lain juga merupakan pemberian Allah dan bukan kepemilikan yang diupayakan oleh manusia. Imam Ghazali mengajarkan beberapa kunci agar seseorang terhindar dari ujub, yaitu:
- Menyadari bahwa segala sesuatu berasal dari Allah
- Menghindari perasaan lebih baik dari oranglain
- menghargai setiap orang
- berusaha rendah diri dan tidak sombong
- meningkatkan kualitas iman
- menghindari riya
Referensi
- Imam Abul Faraj Abdurahhman bin Ali bin Al-Jauzi. (2024). Shadul Khathir = Lintasan Hikmah Penggugah Jiwa dan Pembuka Cakrawala Pikiran. Pustaka Arafah.
- Imam Ghazali. (2014). Ihya Ulumuddin : Cinta Kekuasaan Riya Takabur Ujub Keterpedayaan Buku ke Delapan. Penerbit Marja.
- Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). (Online). https://kbbi.web.id/ujub diakses tanggal 19 Mei 2025.
Kontributor: Dian Yunihasti, S. IP (Pustakawan Fakultas Kedokteran, Kampus 4 UAD)