Betapa Singkatnya Hidup di Dunia

Berawal dari sahabat nabi Ibnu Mas’ud menceritakan bahwa Rasulullah S.A.W. tidur diatas tikar, ketika bangun ada bekasnya. Maka kami bertanya: “Wahai Rasulullah S.A.W., bagaimana kalau kami sediakan untukmu kasur.”

Kemudian Rasululah S.A.W menjawab dan menjadi sabda beliau :

 “Untuk apa (kesenangan) dunia itu? Hidup saya di dunia seperti seorang pengendara yang berteduh di bawah pohon, kemudian pergi dan meninggalkannya.” (HR At-Tirmidzi)

Di dunia perjalanan manusia seperti melalui proses panjang. Dari mulai bayi yang hanya minum air susu ibu lalu tubuh menjadi anak-anak, remaja dan baligh. Selanjutnya menjadi dewasa, tua dan diakhiri dengan meninggal. Proses ini tidak berjalan sama antara satu orang dengan yang lainnya. Kematian akan datang kapan saja menjemput manusia dan tidak mengenal usia. Sebagian meninggal saat masih bayi, sebagian lagi saat masa anak-anak, sebagian yang lain ketika sudah remaja dan dewasa, sebagian lainnya ketika sudah tua bahkan pikun. Jadi Hidup manusia dibatasi oleh kematian, batas inilah yang sangat ditakuti tidak hanya manusia tetapi makluk lainpun menjauhinya karena ketika sudah sampai pada batas ini semua kenikmatan dunia akan berakhir, manusia akan berubah menjadi tidak berdaya tidak bergerak berangsur-angsur menjadi kaku membusuk dan terakhir ter-urai didalam kubur menjadi potongan-potongan tulang belulang.

Allah Ta’ala memberikan permisalan kehidupan dunia,

وَاضْرِبْ لَهُمْ مَّثَلَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا كَمَاۤءٍ اَنْزَلْنٰهُ مِنَ السَّمَاۤءِ فَاخْتَلَطَ بِه نَبَاتُ الْاَرْضِ فَاَصْبَحَ هَشِيْمًا تَذْرُوْهُ الرِّيٰحُ ۗوَكَانَ اللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ مُّقْتَدِرًا – ٤٥

“Dan buatkanlah untuk mereka perumpamaan kehidupan dunia ini, ibarat air hujan yang Kami turunkan dari langit, menyuburkan tumbuh-tumbuhan di bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu mengering yang diterbangkan oleh angin. Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Kahfi: 45)

Di jelaskan oleh Syaikh ‘Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah  bahwa permisalan kehidupan dunia ini bagaikan hujan yang turun ke bumi, membuat subur tumbuhan, membuat tumbuhan tersebut berbunga dan membuat senang orang-orang yang melihatnya. Saat mereka lalai dengan keindahannya, tiba-tiba jadilah tumbuhan itu kering dan diterbangkan oleh angin. Maka hilanglah tumbuhan dan bunga yang bermekaran indah tersebut, tersisalah tanah yang kering.

Di dunia inilah manusia mendapat taklif (tugas) dari Allah, yaitu ibadah. Dan dalam menjalani taklifnya di dunia, manusia dibatasi oleh empat dimensi; dimensi tempat, yaitu bumi sebagai tempat beribadah; dimensi waktu, yaitu umur sebagai sebuah kesempatan atau target waktu beribadah; dimensi potensi diri sebagai modal dalam beribadah; dan dimensi pedoman hidup, yaitu ajaran Islam yang menjadi landasan amal. Allah Ta’ala telah melengkapi manusia dengan perangkat pedoman hidup agar dalam menjalani hidupnya di muka bumi agar tidak tersesat. Allah mengutus para rasul-rasul-Nya, menurunkan wahyu Al-Qur’an sebagai penjelas dan hadits Nabi agar manusia dapat mengaplikasikan pedoman itu secara jelas tanpa keraguan. Sayangnya, banyak yang menolak dan ingkar terhadap pedoman hidup tersebut. Banyak manusia lebih memperturutkan hawa nafsunya ketimbang menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk hidupnya, akhirnya mereka sesat dan menyesatkan. Dan sungguh termasuk orang yang merugi jika kita tidak berpegang teguh kepada Al-quran dan hadits dalam menjalani hidup di dunia.

Itulah dunia, pengejar dunia sungguh terkagum dengan pencapaiannya, mengumpulkan harta benda , memetik kelezatan dunia, menceburkan diri dalam syahwat di hari-harinya. Saat dia menikmati kenikmatan tersebut hingga ia mengira bahwa dirinya akan tetap terus seperti itu, tiba-tiba maut datang menjemput atau hartanya hilang. Pergilah kesenangannya, lenyaplah kelezatan dan kebahagiaannya. Tinggallah dia bersama amal baik atau amal buruknya.

Sampai disini akhir kehidupan dunia kita kemudian manusia memasuki alam Barzah diawali dengan kehidupan alam-kubur yaitu mulai dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan awal oleh malaikat Mungkar-Nakir jika salah dalam menjawabnya saat itu anda mulai merasakan dahsyatnya siksaan dalam kubur sampai hari kiamat tiba. Dari berbagai tahapan-tahapan pemeriksaan, singkat cerita manusia sampailah pada etape terakhir yaitu apakah masuk Surga atau Neraka, Karena disinilah manusia menempati tempatnya yang abadi dan mengakhiri seluruh proses illahiyah alam kubur alam Barzah hari kiamat proses pengadilan (hisab) dan tahap akhir yaitu Surga dan Neraka.

Meskipun begitu singkatnya kehidupan di dunia, namun kehidupan di dunialah yang akan menjadi sebab penentu bahagia atau sengsaranya perjalanan panjang setelah kematian nanti. Karena pada hakikatnya, kita sedang mengumpulkan bekal di dunia ini untuk kehidupan abadi. Dunia adalah tempat persinggahan untuk mempersiapkan masa depan. Rasulullah S.A.W sangat mengkhawatirkan umatnya yang akan mengalami semua ini maka beliau menasehati kita untuk berdoa setiap shalat dengan doa yang sudah diajarkan kepada para sahabatnya agar umatnya selamat dari semua malapetaka yang mengerikan itu, dan insya-Allah kita semua akan dihindarkan oleh Allah S.W.T karena setiap saat kita berlindung kepada-NYA amin..

Doa Rasulullah :

ALLAAHUMMAA INNI A’UUDZUBIKA MIN ‘ADZAABIL QABRI, WAMIN ‘ADZAABINNAARI JAHANAMA, WAMIN FITNATIL MAHYAA WAL MAMATI, WAMIN FITNATIL MASIIHID DAJJAL.

Artinya :

Ya ALLAH sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari Adzab Jahanam, dari adzab Kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, dan dari keburukan Dajjal.

Referensi:

Sumber: https://muslim.or.id/59194-memandang-hari-hari-di-dunia.html

Kontributor:

Tunggal Pribadi (Pustakawan UAD Kampus 4)