Posisi Anak Dalam Keluarga Menurut Al-Qur’an dan Seni Mendidik Anak

Anak merupakan pemberian sekaligus anugrah dari Allah Swt yang harus dijaga, dipelihara, dibimbing, dididik dan harus dikembangkan segala potensinya sesuai dengan fitrahnya. Di sisi lain, anak merupakan generasi penerus umat. Anak merupakan hasil cinta kasih dari kedua orang tuanya, buah hati, pelipur lara  bahkan investasi pelindung orang tua terutama jika mereka telah dewasa dan orang tua telah berusia lanjut. Tentang posisi anak dalam keluarga, Islam menjelaskannya lewat banyak kisah dalam al-Qur’an. Seorang anak bisa menjadi penyelamat orang tuanya nanti di hari akhirat bahkan ada anak yang akan memasangkan mahkota di kepala kedua orang tuanya jika di dunia ini mampu menghafal al-Qur’an. Akan tetapi anak juga bisa menjadi penghalang orang tua untuk masuk surga jika anaknya mengerjakan tindakan tercela di dunia. Berikut penjelasan-penjelasan posisi anak dalam keluarga menurut al-Qur’an`.

  1. Anak sebagai penyejuk jiwa, penenang hati, dan pemimpin orang-orang yang bertakwa.

Kedudukan ini menjadi yang terbaik dan tertinggi dari seorang anak. Hal ini dijelaskan dalam QS. al-Furqan ayat 74: “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebahai penyenang hati kami, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”.

  1. Anak sebagai perhiasan dunia

Hal ini dijekaskan dalam QS. al-Kahfi ayat 46: “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi sholeh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan”.

  1. Anak sebagai ujian atau fitnah.

Hal ini dijelaskan dalam QS. at-Taghabun ayat 15: “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan bagimu, dan di sisi Allah  lah pahala yang besar”.

  1. Anak menjadi musuh.

Hal ini dijelaskan dalam QS At-Taghabun ayat 14: “Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni mereka, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

Dalam sebuah artikel dituliskan bahwa ada 10 Metode Parenting Ala Rasulullah, yakni:

  1. Graduasi (at-tadarruj) atau Metode ini sebenarnya digunakan ketika Allah menurunkan Al-Qur’an kepada Nabi saw., yakni secara bertahap;
  2. Levelisasi (mura’at al-mustawayat) yakni mengajarkan anak sesuai dengan tahapan usianya;
  3. Variasi (at-tanwi’ wa at-taghyir) yakni belajar dengan waktu yang bervariasi;
  4. Keteladanan (al-uswah wa al-qudwah) yakni memberikan contoh agar anak dapat memahami langsung;
  5. Aplikatif (At-Tatbiqi wa al-Amali) yakni mempraktikkan dan mengaplikasikan ajaran-ajaran Nabi saw. itu dalam kehidupan sehari-hari;
  6. Mengulang-ulang (At-Takrir wa al-Muraja’ah) yakni mengulang ucapan agar teringat;
  7. Evaluasi (Al-Taqyim) yakni melakukan monitoring dan evaluasi, terkait apa yang sudah diajarkan.;
  8. Dialog (Al-Hiwar) yakni Metode tanya jawab;
  9. Analogi (Al-Qiyas)yakni metode perumpamaan, analogi atau sejenisnya;
  10. Cerita atau Kisah (Al-Qishash) yakni dengan metode menceritakan kisah para pendahulu.

 

Referensi:

https://bincangmuslimah.com/kajian/posisi-anak-dalam-keluarga-menurut-al-quran-32178/ diakses pada 31 Mei 2023 pukul 14:50

https://bincangmuslimah.com/keluarga/10-metode-parenting-ala-rasulullah-37048/ diakses pada 31 Mei 2023 pukul 15:05

Kontributor:

Gretha Prestisia RK, M. IP (Pustakawan UAD Kampus 4)