Puasa Ramadhan Ditinjau dari Sudut Pandang Aqidah dan Kesehatan

Ramadhan merupakan bulan suci yang sangat dinantikan oleh seluruh umat Islam seluruh dunia. Bulan Ramadhan disebut juga sebagai bulan tarbiyah bulan pendidikan/pelatihan umat Islam menuju ketaqwaan yang sempurna. Ramadhan adalah bulan suci ummat  Islam yang di dalamnya menjalankan puasa selama sebulan penuh dari matahari terbit hingga terbenam.

Dari sudut pandang aqidah puasa Ramadhan memiliki beberapa efek yang berkaitan dengan keyakinan dan prinsip-prinsip iman. Beberapa efek tersebut antara lain:

  1. Memperkuat Iman

Berpuasa di bulan Ramadhan membantu memperkuat iman seorang karena selama menjalani puasa itu membutuhkan pantang dari makanan, minuman, dan kesenangan lainnya di siang hari. Tindakan pengendalian diri ini membantu umat Islam untuk menyadari pentingnya mematuhi perintah Allah dan memperkuat keyakinan akan kekuasaan dan rahmat-Nya.

  1. Penyucian jiwa

Puasa Ramadhan bukan hanya sekedar menahan diri dari makan dan minum akan tetapi juga menahan diri dari perilaku yang membatalkan pahala puasa, seperti berbohong, memfitnah, dan bergosip. Dengan menghindari perilaku seperti itu, insyaa Allah dapat menyucikan jiwa dan menjadi lebih dekat dengan Allah.

  1. Meningkatnya empati dan kasih sayang

Puasa Ramadhan mendorong umat Islam untuk lebih penyayang dan empati terhadap orang lain, terutama mereka yang kurang beruntung. Ini karena mereka mampu berhubungan dengan rasa lapar dan haus, dan karena itu lebih cenderung membantu mereka yang membutuhkan.

  1. Penghargaan yang lebih besar atas berkah

Puasa Ramadhan membantu umat Islam untuk menghargai berkah yang telah Allah berikan seperti makanan, minuman, dan kesehatan yang baik. Dengan merasakan lapar dan haus menjadi lebih bersyukur atas nikmat yang telah diberikan.

Dari sudut pandang kesehatan banyak bukti yang menunjukkan bahwa puasa Ramadhan dapat memiliki efek menguntungkan bagi kesehatan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa puasa dapat meningkatkan kontrol glukosa darah, menurunkan tekanan darah, dan memperbaiki profil lipid, yang dapat membantu mengurangi risiko berkembangnya penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung. Puasa juga memiliki efek anti-inflamasi, yang berpotensi bermanfaat bagi individu dengan kondisi peradangan.

Namun, ada juga potensi risiko terkait puasa Ramadhan, terutama bagi mereka yang memiliki kondisi kesehatan sebelumnya. Misalnya, penderita diabetes yang berpuasa selama Ramadhan mungkin berisiko mengalami hipoglikemia (gula darah rendah), terutama jika mereka mengonsumsi insulin atau obat penurun glukosa lainnya. Demikian pula, individu dengan kondisi medis tertentu, seperti penyakit ginjal, mungkin perlu mengubah rejimen puasa mereka untuk menghindari komplikasi.

Selain itu, dehidrasi bisa menjadi risiko yang signifikan selama puasa Ramadhan, terutama di iklim panas. Oleh karena itu penting bagi individu yang berpuasa untuk tetap terhidrasi selama jam-jam non-puasa dan menghindari aktivitas fisik yang berlebihan di siang hari.

Secara keseluruhan, puasa di bulan Ramadhan memiliki dampak positif bagi aqidah seorang muslim, karena memperkuat iman, mensucikan jiwa, meningkatkan empati dan kasih sayang dan membantu untuk mensyukuri nikmat Allah. Namun bagi seorang muslim yang mempunyai gangguan kesehatan, keputusan untuk berpuasa harus dibuat secara individual dengan mempertimbangkan status kesehatan dan segala risiko yang terkait. Dianjurkan agar individu dengan kondisi medis yang sudah ada sebelumnya berkonsultasi dengan dokter atau penyedia layanan kesehatan sebelum memulai berpuasa.

Kontributor: Tri Sundari (Pustakawan UAD Kampus 2)