Solusi Overthingking dalam Islam

Saat ini  manusia berada di alam sosial media yang memiliki aturan namun tidak tertulis. Upaya untuk menjaga keharmonisan hidup antar sesama dapat dilakukan melalui pemahaman terhadap hak dan kewajiban layaknya di dunia nyata. Jangan sampai misi hadirnya sosial media yang mendekatkan orang jauh berubah menjauhkan orang yang sudah dekat. Makanan kalau terlalu banyak garam jatuhnya tidak enak, bahkan tidak ada yang mau makan lantaran sudah tidak selera. Begitu juga minuman yang kebanyakan gula, yang ada enek dan dapat menjadi pemicu diabetes. Sama halnya dengan sosial media. Sosial media jika digunakan sesuai porsinya memiliki banyak manfaat, tidak hanya untuk dirinya namun juga untuk sesamanya. Jika digunakan berlebihan dan tidak sesuai aturannya, tidak dapat dipungkiri mampu menjauhkan hubungan baik yang sudah lama terbina.

Kita sering mendengar istilah overthingking dalam keseharian. Overthingking memiliki  arti memikirkan atau mempertimbangkan sesuatu secara berlebihan atau berulang-ulang. Orang yang mengalami overthinking suka menganalisis berlebihan, merefleksikan sesuatu secara berlebihan, atau khawatir akan sesuatu secara berlebihan. Overthingking dalam Bahasa Jawa sering disebut gejeron pikir yang memiliki makna berfikir terlalu dalam mengenai suatu hal yang belum tentu terjadi atau sesuai dengan realita. Tren overthingking saat ini sering dipicu melalui konten di sosial media.

Di dalam sosial media, banyak kita jumpai postingan maupun konten-konten yang menampilkan pencapaian seseorang (karir bagus, pasangan rupawan, harta berlimpah, anak cakep, traveling ke luar negeri, dan sejenisnya). Hal ini menggiring opini kepada standarisasi kebahagiaan seseorang harus seperti yang ada di sosial media. Sedangkan untuk mencapai hidup ideal versi sosial media sangat sulit. Jika kita tidak pandai mengendalikan diri, maka kita akan menjadi korban overthingking seperti merasa paling menderita, tidak produktif, tidak berguna, dan sejenisnya lantaran membandingkan hidup yang dijalani dengan icon sempurnanya hidup orang  yang ada di sosial media.

 

Penyebab overthingking:

Meratapi masa lalu

Meratapi masa lalu secara berlebihan dapat menyebabkan overthingking. Masa lalu boleh dikenang namun sebatas sebagai pelajaran, tidak untuk diulang. Hadirnya konten sosok inspiratif di sosial media harapannya mampu menumbuhkan semangat dan teladan. Namun adakalanya konten tersebut justru membuat down dan rapuh. Terdapat banyak penyesalan mengapa masa mudanya tidak produktif, mengapa tidak sesegera mungkin keluar dari lingkungan toxic, dan sederet kata mengapa yang lain. Masa lalu tidak dapat direvisi hanya saja masa lalu memberikan pelajaran untuk hidup lebih baik di masa mendatang. Tidak ada yang menjamin orang bermasa lalu buruk akan seumur hidup merana, begitu juga sebaliknya. Orang dengan track record baik di masa mudanya tidak selalu akan jaya di masa tuanya. Semua ini tergantung bagaimana kita dalam mengendalikan diri. Semua orang berpotensi menjadi orang yang sukses, apapun masa lalunya.

وَلَا تَهِنُوا۟ وَلَا تَحْزَنُوا۟ وَأَنتُمُ ٱلْأَعْلَوْنَ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman” (QS. Ali Imran: 139).

 

Terlalu mengkhawatirkan masa depan

Memikirkan masa depan terlalu dalam dapat menyebabkan overthingking. Masa depan adalah misteri. Tugas kita sebagai hamba Allah SWT adalah mengimani rukun iman dan percaya qada’ dan qadar. Berjalan benar di jalan Allah SWT  dengan selalu meminta perlindungan-Nya akan meminimalisir rasa gelisah dan kekhawatiran tentang nasib kita di masa mendatang. Masa depan memang tidak dapat diprediksi, itulah kenapa kita dianjurkan untuk bersungguh-sungguh dalam mempersiapkannya. Kadang kita terjebak terhadap standarisasi kesuksesan seseorang di sosial media. Sebagai contoh, umur 25 sudah harus memiliki mobil, rumah, menikah, anak, traveling ke luar negeri, dan sederet wishlist indah lainnya. Bagaimana jika di usia tersebut belum memiliki apapun? Tidak ada yang salah dengan harapan, hanya saja semua akan menjadi racun dan membebani diri sendiri kalau semua itu diluar jangkauan kemampuan kita.

ٱللَّهُ يَبْسُطُ ٱلرِّزْقَ لِمَن يَشَآءُ وَيَقْدِرُ ۚ وَفَرِحُوا۟ بِٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَا فِى ٱلْءَاخِرَةِ إِلَّا مَتَٰعٌ
“Allah meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit)”

(QS. Ar-Rad: 26)

 

Tips mengurangi overthingking menurut Islam:

Berbaik sangka dengan Allah SWT

Jika umat muslim harus khawatir tentang masa depan, hari penghakiman kelak adalah satu-satunya masa depan yang pantas dan selayaknya untuk dicemaskan.

 

وَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ

“Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216)

 

Berbaik sangkalah atas takdir yang diberikan Allah SWT karena hal tersebut sudah pasti yang terbaik bagi setiap hambaNya. Allah Maha Kuasa, Allah SWT yang menulis skenario seluruh alam dan isinya ini, termasuk adalah nasib hidup kita. Jadi tidak lagi ada kekhawatiran tentang masa depan kita sejauh kita mampu taat dan taqwa kepadaNya.

 

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱجْتَنِبُوا۟ كَثِيرًا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ ٱلظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا۟ وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang” (QS. Al-Hujurat:12)

 

Banyak mengingat nikmat Allah SWT

Ketika pikiran abstrak dan tidak terarah, maka hal yang dapat dilakukan yakni kembali mengingat Allah SWT. Nikmat Allah SWT akan terasa banyak jika dilihat melalui kacamata bersyukur, sebaliknya kalau nikmat yang begitu banyak itu dilihat dari kacamata kufur maka yang dirasakakan hidupnya penuh dengan penderitaan. Mengingat Allah SWT dapat dilakukan melalui dzikir, ibadah fardhu, sholat sunnah, puasa, sedekah, mengaji, menolong orang, dan sejenisnya. Alasan mengingat Allah SWT akan mengusir overthingking karena di dalamnya terdapat ketenangan. Ketenangan tercipta dari rasa percaya bahwa ketetapan Allah SWT akan selalu baik bagi setiap makhlukNya.

 

ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ ٱللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram” (QS. Ar-Rad: 28)

 

Tidak ada yang salah ketika manusia merasa gelisah dan khawatir terhadap nasib dirinya. Hal ini baik sejauh kekhawatirannya tidak berlebihan atau overthingking. Kekhawatiran ini akan membawa manusia untuk memperbaiki, meningkatkan ibadah, dan memperindah akhlaknya. Setiap jiwa yang bernyawa, nasibnya sudah di tulis di dalam Lauhul Mahfuzh  zaman azali.  Jadi, semua yang akan terjadi, sedang atau sudah terjadi di dunia ini semuanya sudah diketahui oleh Allah SWT, jauh sebelum hal itu sendiri terjadi.

إِنَّا كُلَّ شَىْءٍ خَلَقْنَٰهُ بِقَدَرٍ

Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran” (QS. Al-Qamar: 49)

 

Referensi:

[1] https://www.setapakkehidupan.com/2014/06/pikir-lagi-klo-mau-lebay-di-medsos.htm

[2] https://www.halodoc.com/kesehatan/overthinking?srsltid=AfmBOorRZcKVZUBUMkC6_Y6EkiofO5zkIKTV0jWOuYU00l5bq1qYXF0n

[3] https://tafsirweb.com/1271-surat-ali-imran-ayat-139.html

[4] https://tafsirweb.com/3986-surat-ar-rad-ayat-26.html

[5] https://alrasikh.uii.ac.id/2024/04/26/anxiety-mencemaskan-takdir-nggak-yakin-sama-allah/

[6] https://tafsirweb.com/9782-surat-al-hujurat-ayat-12.html

[7] https://tafsirweb.com/3988-surat-ar-rad-ayat-28.html

[8] https://mahad.uin-antasari.ac.id/wp-content/uploads/2021/06/7.-Konsep-Qada-Takdir-dan-Ikhtiar.pdf

[9] https://tafsirweb.com/10287-surat-al-qamar-ayat-49.html

 

Kontributor:
Ana Pujiastuti, M. A. (Pustakawan Kampus 4 UAD)