Syarat Diterimanya Ibadah dan Amal
Diterimanya amal ibadah tiap-tiap manusia yang terpenting adalah ibadah tersebut benar, karena ibadah tidak akan menjadi benar kecuali memenuh 2 syarat yaitu:
Ikhlas karena Allah SWT semata
Merupakan konsekuensi kalimat syahadat laa ilaaha ilallah karena tuntutan kalimat tersebut adalah memurnikan ibadah karena Allah semata tanpa ada kesyirikan apapun.
Sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW
Merupakan konsekuensi kalimat syahadat Muhammadar Rasulullah, karena tuntutan kalimat tersebut adalah kewajiban mentaati Rasulullah SAW mengikuti apa yang beliau syariatkan dan menjauhi segala bentuk bid’ah serta perkara yang diada-adakan tanpa tuntunan dari Rasulullah. Seperti dalam firman llah pada QS AL Baqarah ayat 112:
بَلَىٰ مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُۥ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهُۥٓ أَجْرُهُۥ عِندَ رَبِّهِۦ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
Artinya: (Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Makna menyerahkan diri adalah mengikhlaskan diri hanya beribadah kepada Allah sedangkan makna ia berbuat kebaikan adalah mengikuti Rasulullah SAW. Jadi hendaknya beramal dengan Ikhlas untuk Allah dan benar sesuai syariat Rasulullah SAW keduanya merupakan rukun amal yang diterima Allah SWT yaitu ihklas dan benar. Ibnul Qayyim rahimahullah pernah berkata pula, “beramal tanpa ikhlas dan mengikuti Sunnah laksana musafir yang memenuhi tempat minumnya dengan pasir, sangat memberatkannya dan juga tidak akan memberinya manfaat.”
6 Hal yang merusak amal atau mengurangi nilai ibadah sesorang :
- Selalu mengurusi campur tangan dengan urusan orang lain
- Mempunyai hati yang keras/ selalu merasa benar
- Terlalu cinta dunia
- Tidak mempunyai rasa malu
- Mempunyai angan – angan yang terlalu tinggi diluar kemampuan
- Dzalim secara terus menerus
Sebagai manusia kita selalu hati – hati dalam menjaga lisan , tingkah laku perbuatan terhadap orang- orang sekitar karena semuanya akan dimintai pertanggung jawaban kelak di akherat, kita dituntut untuk selalu mengevaluasi diri atau muhasabah agar amalan kita tidak rusak dan kita tidak merugi. Ada juga perbuatan manusia yang menyebabkan amal ibadahnya ditolak Allah SWT yaitu:
Syirik Besar atau Kafir
Yaitu perbuatan yang mengambil tandingan selain Allah SWT dan menyamakannya dengan sang pencipta. Balasan yang diterima oleh orang tersebut adalah tidak diterimanya amalan sesorang dan Allah tidak alan mengampuninya jika yang bersangkutan tidak bertaubat sesuai dengan firman Allah SWT QS Al An;Am ayat 88:
وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Yang Artinya : Seandainya mereka menyekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan
Riya
Yaitu perbuatan yang Ketika ada orang yang melihat amalnya dia akan membagus- baguskan amalnya dengan tujuan supaya mendapat pujian dari orang lain dan perbuatan seperti ini menjadikan amalan kita menjadi sia-sia.
Ujub
Yaitu perbuatan memuji atau mengagumi diri sendiri dan merasa mempunyai kelebihan atau membanggakan diri sendiri dibandingkan orang lain, perbuatan seperti ini amalan menjadi batal.
Mengungkit-ungkit amalan yang telah dilakukan
Hal ini sesuai dengan Quran Surat Al Baqarah : 26
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian”.
Menyakiti perasaan orang lain
Sebagai seorang muslim tentu menjaga tingkah laku dan ucapan adalah hal yang sangat penting dan termasuk akhlak yang terpuji. Hal ini sangat ditekankan oleh Rasulullah SAW sesuai hadist Tirmidzi bahwa Rasulullah bersabda :
“Orang yang bangkrut dari umatku adalah mereka yang datang pada Hari Kiamat dengan banyak pahala shalat, puasa, zakat, dan haji. Tapi di sisi lain, ia juga mencaci orang, menyakiti orang, memakan harta orang (secara batil/zalim), menumpahkan darah, dan memukul orang lain. Ia kemudian diadili dengan cara membagi-bagikan pahalanya kepada orang yang pernah dizaliminya. Ketika telah habis pahalanya, sementara masih ada yang menuntutnya maka dosa orang yang menuntutnya diberikan kepadanya. Akhirnya, ia pun dilemparkan ke dalam neraka”.
Referensi :
https://tafsirweb.com/532-surat-al-baqarah-ayat-112.html
Syaikh DR Shalih Bin Fauzan,. Kitab Tauhid.,2015.Solo : Pustaka Arafah
Kontributor :
Tri Sundari (Pustakawan UAD Kampus 2)