Pengajian Syawalan 1443 H

9 Syawal 1443 H/  10 Mei 2022 M

Oleh :  Dr. H. Agus Taufiqurahman., M.Kes, Sp,S

 

Saat ini kita berkeinginan eranya transisi dari pandemic ke Endemi. Atau bahkan pandemic sudah berakhir. Tapi untuk mengatakan pandemic berakhir itu ada ukuran tertentu, diantaranya :

  1. Ketika pertumbuhan kurang dari satu. Jadi kalau satu orang masih menularkan kepada satu  orang lainnya atau bahkan lebih, maka itu berarti pertumbuhannya masih satu
  2. Futaliteratenya kurang dari tiga.
  3. jumlah yang masuk ke rumah sakit kurang dari 3 persen.

Menekan angka kematian, masuk rumah sakit sudah semakin berkurang karena ikhtiar untuk membangun kekebalan tubuh itu  menjadi bagian  yang tidak terpisahkan  dan terus kita lakukan. Setelah divaksin bukan berarti virus itu sudah tidak ada, akan tetapi yang sudah divaksin gejala klinisnya jauh lebih ringan. Vaksin itu ikhtiar untuk memilikikkekebalan tubuh.  Ketika kita memiliki kekebalan tubuh yang  semakin baik,kemudian mutase virusnya menjadi lebih lemah, maka Endemi itu segera terwujud.

Universitas Ahmad Dahlan ( UAD ) dan beberapa kampus yang lain di Yogyakarta membuat selter-selter, bekerjasama bagaimana mereka  yang positive covid itu tidak semakin sedih. Maka selter kita dinamakan Pesantren Covid. Karena di situ ada pembinaan spriritualitas, diajak mengaji dan lulusannya mendapat gelar lulusan covid tujuannya untuk meghibur agar penderita covid tidak sedih tapi senang, karena orang yang sedih , marah itu tidak baqgus terhadap sistem imun kita.

Diharapkan mahasiswa lepas dari kampus bukan sekedar mendapat ilmu dari membaca. Tetapi juga diajarkan  peradaban, keikhlasan. Kehiduan, maka kita dibutuhkan terus dan itu biasanya ketika kita ada interaksi sosial di kampus.  Bagaimana Leadership dilatih. Salah satu pesan Nabi Muhammad SAW, yang artinya : “  Bertaqwalah kamu dimanapun kamu berada,kapanpun dan dimanapun.”

Ketika Romadhon bersungguh –sungguh menjadi pribadi  Mutaqin, setelah Romadhan teruskan itu. Taqwa itu orang yang selalu berhati-hati dan bersungguh-sungguh. Berhati-hati agar tidak ada dosa yang diterjangnya dan bersungguh-sungguh menjalani hidup agar tidak terjadi kemaksiatan yang dilakukannya. Surat Ali Imran ayat  134 , yang artinya : “ Orang Mutaqin itu ringan menolong, dia berinfaq dalam keadaan lapang maupun sempit “. Kunci utama sedekah bukan banyaknya atau jumlahnya, tetapi terletak pada ikhlas. Ketika orang yang bersedih sudah bisa tersenyum itu juga sedekah. Nabi menyebut dalam Al Qur’an : “Sebaik-baiknya manusia adalah yg  paling banyak manfaatnya untuk orang lain “. “ Ketika ada seorang yang berjalan dalam rangka meringankan urusan orang lain, menolong saudaranya yang bermasalah itu lebih aku sukai daripada ikhtikaf  di masjidku ini sebulan penuh”

Ciri orang Mutaqin setelah dia rajin bersedekah adalah, dia tidak suka marah, pandai menahan amarah. Seseorang itu akan mendapatkan kebahagiaan yang sesungguhnya ketika dia sudah bisa menyikapi  peristiwa yang baik yang diharapkan atau peristiwa seperti yang tidak diharapkan dengan cara yang sama. Ketika peristiwa yang baik kita syukur, kalau peristiwa  itu tidak sesuai  yang kita kehendaki kita sabar. Sabar dan syukur itu ekspresi dari cara yang sama  yakni Ridho. Pesan Nabi yang terakhir  : “ Dan ikutilah perbuatan maksiat, dosa yang pernah kamu lakukan dengan perbuatan yang baik yang bisa menutupi dosa itu”.

Ciri Orang bertaqwa di surat Ali Imran ayat 135 : Kalau orang itu telah berbuat dosa atau mendzolimi diri sendiri, maka dia segera ingat Allah dan mohon ampun atas dosa-dosanya. Ampunan Allah sangat luas , tetapi setelah mendapatkan ampun, dia tidak akan mengulangi dosanya, karena dia mengetahui. Setelah bertaubat hendaknya berbuat baik dan baik. Dan bergaullah kamu dengan sesama dengan akhlak yang baik.

Kontributor:

Endang B. Sukeni (Pustkawan UAD Kampus 5)